Rabu, 21 Februari 2018

Tradisi Kuansing (Randai)

Mangenal randai kuantan
           Randai Kuantan adalah merupakan seni teater rakyat asal kuantan singingi yang cukup terkenal hingga sekarang ini. di tahun 2016, pertunjukan seni ini masuk kedalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) di tingkat nasional.
           Randai dalam bahasa kuansing sering dikaitkan dengan kata 'Berandai Andai". sebab dalam penampilan pertunjukannya seseorang sering tampil sebagai sosok lain yang ada dalam karakter yang diceritakan oleh si dalang atau sipencerita dalam tradisi randai tersebut. seolah-olah dialah orang yang sedang menjadi orang yang ada dalam karakter tersebut.

Sejarah Asal Usul Randai Kuantan
           Randai mulai dikenal oleh masyarakat Batang/Sungai Kuantan (Indragiri) sejak tahun 1930-an. Tepatnya dibawa oleh para pedagang Minangkabau yang datang ke daerah tersebut, mereka memainkan pertunjukan randai dari daerahnya. Saat itu perdagangan getah/karet sedang mencapai puncak kejayaannya sehingga pada pedagang Minangkabau banyak yang berkunjung ke daerah tersebut. Salah satu penampilan randai yang disajikan oleh para pedagang Minangkabau pada saat itu adalah cerita Cindur Mato. Dalam perkembangannya, pertunjukan randai ini mulai dimainkan oleh warga setempat, hingga kemudian keseluruhan dilakukan oleh masyarakat Kuantan dengan menggunakan budaya tempatan sepenuhnya.
            Pada masa itu, masyarakat setempat memiliki semangat yang kuat untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda, sehingga cerita-cerita randai terkadang berkisah tentang cerita para mata-mata Belanda. Seiring berkembangan waktu, cerita-cerita randai mulai mengangkat tema-tema kontekstual yang realitas, dipadukan dengan tarian joget dan suasana yang riang gembira.

Menurut UU.Hamidi (1986),kesamaan Randai Kuantan dengan Randai Minangkabau hanya meliputi tiga hal saja, yakni:
  1. Lingkaran pemain yang duduk berjongkok menyaksikan adegan-adegan di dalam lingkaran itu,
  2. Teriakan-teriakan hep-heptaaa di awal dan akhir suatu adegan sambil berdiri atau duduk,
  3. Serta dendang ”Palayaran” (sebuah lagu yang diiringi alat musik tunggal biola, bagai meratapi perjalanan atau derita yang dialami si tokoh cerita).
 Susunan Acara Penampilan Randai
  1. Pembukaan
    Para pemain berbaris dua-dua lalu memasuki arena, diiringi dengan musik lagu pembuka, misalnya, “Bunga Setangkai”. Barisan ini dipandu “tukang peluit” yang meniup peluitnya sesuai irama musik. Lalu mereka berjoget mengelilingi lokasi hingga membentuk lingkaran. Jika lagu telah selesai, tukang peluit meniup peluitnya sembari memberi kode telah selesai. Barisan randai yang ada lalu meneriakkan “hep heeep ta”, kemudian jongkok ataupun duduk dengan posisi melingkar.
  2. Sambutan
    Pemandu acara meminta induk randai dan tuan rumah yang memiliki hajatan untuk menyampaikan kata sambutan. Ia juga meminta ketua randai untuk menyampaikan petatah petitihnya. Kemudian, para anak randai berdiri dan berjoget mengelilingi arena, selanjutnya mereka duduk lagi.
  3. Bercerita
    Pemandu menyampai isi cerita yang akan dimainkan, lalu anak-anak randai pun berakting sesuai dengan alur cerita yang disampaikan. Setiap adegan diawali dengan cerita dari pemandu dan ditutup dengan tarian atau joged.
  4. Istirahat
    Setelah sekitar 2 jam, biasanya permainan diistirahatkan. Waktu istirahat ini biasanya diisi dengan lelang lagu dan joged oleh para bujang gadih (pemeran laki-laki atas peran perempuan) yang disaksikan para penonton.
  5. Penutup
    Pada saat penutupan, biasanya dinyanyikan lagu “Gelang Sipaku Gelang”. Para anak randai pun berjoged mengelilingi arena sembari berjalan ke luar.